MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA
Cara
Mendidik dan Membentuk Karakter Muslim di Amerika
Dosen Pengampu : M. Aris Rofqi, M. Si
Di Susun Oleh :
NAMA : Syaeful Anwar
NPM : 1111500056
PROGDI : Bimbingan dan Konseling (BK)
SEMESTER : I / C
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
TAHUN AKADENI 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Penulis
mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas ini bertujuan untuk
memenuhi tugas ujian tengah semester Mata Kuliah Pendidikan Agama. Penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Sebagai rasa hormat atas bantuan dan
bantuannya, penulis mengucapkan terimakasih kepada: Sahabat dan semua pihak yang telah
terlibat dan ikut membantu pembuatan haingga selesai dengan baik.
Penulis
menyadari sepenuhnya dalam pembuatan masih banyak kekeurangan dan tidak
terlepas dari kesalahan baik kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu penulis
berkenan mohon maaf sedalam dalamnya.
Tidak ada gading yang tak retak,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kelengkapan
dan perbaikan dalam pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja yang berkenan serta pihak yang peduli terhadap
pendidikan di Negara tercinta kita ini.
Tegal, 30 Desember 2011
Penulis
Syaeful
Anwar
NMP: 1111500065
A.PERMASALAHAN
Menjalani
Kehidupan Muslim dalam Masyarakat Amerika
Salah
satu persoalan kaum Muslimin Amerika adalah pendidikan bagi para anggota
komonitas mereka, mulai dari pembahasan mengenai pendidikan di sekolah Islam
bagi anak-anak, hingga pembelajaran di masjid, dan bentuk-bentuk pendidikan
berkelanjutan bagi orang dewasa. Mencari ilmu merupakan suatu kewajiban utama
dalam Islam, dan kaum Muslim Amerika sering merujuk pada penegasan Rosulullah
Muhammad bahwa setiap orang Muslim harus mencari ilmu setinggi-tingginya,
meskipun ia harus pergi jauh sampai ke negri Cina. Dorongan semacam ini
memperkuat keteguhan hati orang Muslim dari segala segala usia untuk belajar
dan mendapat pendidikan, mulai dari anak-anak hingga para imigran yang sudah
tua, yang mungkin hanya perlu meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka.
Pembahasan di kalangan Muslim di Amerika Serikat dewasa ini berfokus pada
pendidikan yang lebih baik bagi kaum remaja dalam bidang sejarah, teknologi,
ilmu pengetahuan, dan banyak bidang lainnya yang membantu mereka memperoleh
keberhasilanpribadi dan professional.belajar mengenai unsur-unsur aagama dan hokum Islam yang relevan dengan
kehidupan dalam masyarakat Amerika ini menjadi prioritas utama semua kelompok
usia. Selain itu mereka amat dianjurkan mempelajari bahasa Arab sebisa mungkin.
B. ISI
/ PEMBAHASAN
Cara
Mendidik dan Membentuk Karakter Muslim di Amerika
Banyak
keluaga Muslim semakin prihatin akan pengalaman anak-anak mereka di sekolah
negri. Di ‘masa lalu yang indah,”’ tulis seorang kristus pendidikan sekolah
negri, “tentu lebih mudah untuk percaya bahwa system sekolah negri akan
melakukan tugasnya dengan baik. Namun hidup semakin rumit,dan kini termasuk
tanggung jawab (orang tua) untuk berpartisipasi dalam kurikulum dan lingkunagn
pendidikan anak-anak kita”.[1]
Para orang tua khawatir akan kulitas pendidikan yang tersedia gagi anak-anak
mereka, trauma di sebagian wilayah metropolitan besar. Seperti yang kita
ketahui, mereka cemas anak-anak mereka terpapar berbagai pengaruh, mulai dari
penyakit-penyakit masyarakat seperti narkoba dan tindak kejahatan, hingga ke
tekanan-tekanan terhadap para remaja agar mereka menjadi lebih “meng-Amerika.”
Sebagian melihat masalah-masalah yang ada pada sekolah Amerikadisebabkan pihaK
Amerika Kristiani (dan Yahudi)telah mengabaikan nilai-nilai dasar keagamaan
mereka sendiri. Banyak yang berfikir untuk mengusahakan berdiri pendidikan
lembaga-lembaga pendidikan Islam swasta, karena mereka percaya pendidikan Islam
akan lebih baik tak hanya dalam kandungan akademis, namun juga dalam aspek
pendidikan nilai.
Sebaiknya, ada
pula sebagian keluarga Muslim yang memilih pendidiklan putra dan putrid mereka
di rumah. Kalngan Muslim yang mendukung sekolah menulis di rumah berbagai
artikel mengenai hal yang mereka sebut dengan “S”, artinyasosialisai
(pergaulan) dan bahayanya.
Dalam menangapi
para pihak yang mengatakan bahwa menahan anak-anak di rumah akan membuat
merekan tidak tau cara bergaul dengan anak-anak yang beragama dan berltar
belakang berbeda, merka berpendapat bahwa “tinfgkat pergagaulan seperti itu
dapat merusak anak-anak”.[2]
mereka juga memperdebatkan apakah sekolah khusus putra atau khusus putri di
perlukan atau justru tidak layak dalam budaya Amerika, sebagian mengutip
kajian-kajian oleh para pendidik yang menyatakan bahwa anak-anak perempuan
belajar lebih baik saat mereka dalam keadaan terpisah dari anak-anak lelaki.
Beberapa keluarga yang sangat prihatin dengan pendidikan Amerika, dan memiliki
sumber-sumber keuangan yang baik dan kenalan yang tepat, memilih mengirim
anak-anak mereka untuk bersekolah. Namun keluarga-keluaga lainya, meskipun
mereka mungkin merasa khawatir mengenai sekolah-sekolah Amerika, tidak setuju
jika anak-anaknya di jauhkan dari arena publikdan khawatir ketersaingan
pendidikan swasta atau pendidikan di rumah akan membuat anak-anak tidak siap
masuk dalam kehidupan public Amerika kelak. Para orang tua ini mengharapkan
pendidikan Islam yang tepat di rumah dan di masjid atau pusat Islam yang cukup
“mepersenjatai”anak-anak mereka dalam membuat keputusan yang bijak.
Apapun
bentuk pendidikan yang dipilih. Para pendidik menyuruh para orang tua Muslim
menyediakan sumber daya-sumber daya dan lingkungan di rumah yang akan membantu
anak belajar tak secara lebih efektif namun juga “secara lebih Islam”. Dalam
artikel berjudul “Resep Orang Tua Muslim untuk Keberhasilan Anak di Sekolah”,
direktur Council of Islamic Shcools in North America (CISNA) mendesak para
orang tua untuk menyuruh anak-anak mereka mengerjakan pekerjaan rumah selama
satu jam penuh sebelum shalat. Dengan demikian,
berwhudu dan melakukan shalat akan nampak semacam rehat.
Ia
juga menyarankan agar bidan-bidang studi yang dipeljari dikaitkan dengan
ajaran-ajaran Islam: “Para orang tua harus siap sedia dengan Al-Qua’an dan
terjemahnya, Sirah Nabi [kisah kehidupan Rasulullah SAW] dan Hadist Nabi di tangan.
Sewaktu sang anak mempelajari sejarah, geografi, ilmu, pengetahuan alamatau
ilmu pengetahuan social, merka harus mencvari topik bahasan yang sebanding
dalam indeks Al-Qur’an dan Hadist dan memperlihatkan gagasan-gagasan yang
serupa dari sudut pandang Islam”.[3]
Sebagian
orang tua memilih melelnkapi pendidikan sekolah negri anak-anak mereka dengan
pendidikan khusus setelah pulang sekolah dan pada akhir pecan di rumah dimana
ada pelajarn Al-Qur’an dan Hadist serta simbil-simbol kebudayaan Islam.
Kelompok-kelompok lainya mengupayakan perbaikan pendidikan negeri Amerika.
Internasional Institute of Islamic Thought (IIIT) atau Institut Pemikiran Islam
Internasional di Hardon, Virginia, misalnya menerbitkan Social Studies Supplementary Teaching Units, yang disusun untuk
berbagai tingkatan kelas dalam kurikulum standart bidang studi lilmu social.
Meskipun banyak peljaran bidang studi ilmu social di sekolah negri Amerika
menyajikan penjelsan yang Eurocentric (bertitik
tumpu pad asudut pandang Eropa) mengenai sejarah barat, bahan-bahan ini
memberikan perspektif yang lebih luas dan dirancang untuk memasukan nilai-nilai
dan identitas Islam di seluruh kurikulum. Bahan-bahan pendidikan ini banyak
mengalahkan Islamisasi pengaetahuan berdasarkan model yang dianjurkan pertama
kali oleh Isma’il al Faruqi. Jika pendidikan anak-anak Muslim berstandar kokoh
pada prinsip-prinsip Islam, ujar pra pendukung model ini, maka pendidikan ini
tidak dapat benar-benar memuaskan dalam konteks masyarakat pluraristik sekuler
seperti Amerika Utara.
Semakin
hari semakin banyakupaya yang dilakukan untuk membantu guru-guru sekolah
non-Muslim mengaji agama iSlam dengan pemahaman dan akutansi yang lebih baik.
Council of Islamic Educatian (CIE) atau Dewan Pendidikan Islam adalah
organisasi nasianal berorganisasikan para cendikiawan yang berkerja dengan para
penerbit buku teks siswa K-12 untuk membuat buku tesk yang lebih menyeluruh
(koprehensif)dan berimbang dalam hal
agama-agama
dunia. CIE mengadakan lokakarya kerja bagi para guru pada konferensi-konferensi
nasional mengenai bidang-bidang ilmu social, dan membuat bahan-bahan pelajaran
yang yang memberikan informasi berbagai aspek peradaban Muslim.
Di
antara sumber-sumber yang disediakan CIE terdapat buku pegangan bagi para
pendidik berjudul Teaching About Islam
and Muslims in the Publik School Classrom. Buku ini berisikan memgemai
prinsip-prinsip Islam dan praktik ibadahnya, satu bagian khusus membahas
masalah bagian yang makin peka, terutama bigi siswa-siwa Muslim di sekolah
negri, lembar-lembar kegiatan bagi siswa yang belajar tentang Islam, dan
informasi mengenai buku, kaset video, dan bahan pendidikan lainnya.
CIE
mengumpulkan para perwakilan dari semua kelompok budaya kaum Muslim Amerika
(para imigran, warga Amerika keturunan Afrika, kaum Hispanik, warga Amerika
pribumi) untuk membahas tentang cara-cara buku teks sejarah Amerika menyajikan
budaya yang berbeda-beda. Para anggota bekerja dengan sejumlah penerbit untuk
mendorong penyajian yang lebih luas dan lebih representative, dan juga koreksi
atas kekeliruandan kesalah presepsi mengenai Islam dan orang-orang Muslim.
Kalangan Muslim dan kalanagan lainnya dalam masyarakat pendidikan bergabung
dengan mereka dalam upaya menghapuskan stereotype
dan penyajian yang menghakimi dalam bahan-bahan yang di gunakan di sekolah
negri.sementara itu ,sebagian kaum Muslim bekerja sama dengan kelompok-kelompok
Kristiani konservatif dan kelompok-kelompok lainya yang melakukan lobby agar shalat kan kegiatan do’a
dapat dilakukan di sekolah negri. “Koalisi pro kegiatan do’a di sekolah tengah
berubah”, ujar seorang pengamat masalah pendidikan bagi anak-anak kaum Muslim.
“Kini, koalisi ini termasuk juga para kaum Muslim, para pemimpim kulit hitam
perkuotaan, dan pemuka agama Kristiani. Bahkan para politisi liberal bergandeng
tangan dengan para politisi konsevatif yang religious.
Bertambahnya
jumlah kejahatan berat di antara para remaja dan meningkanya seks bebes telah
membunyikan alarem tanda bahaya menyebakan meluaskan basis kelopok lobby yang mengkampanyekan diadakanya
kegiatan do’a di sekolah negri. Pentingnya hal ini bagi kaum muda guna memiliki
waktu sejenak untuk merenung”.[4]
Progam
pendidikan Islam di Amerika juga menyedikan pendidikan bagi remaja dan orang
dewasa di masjid-masjid dan sekolah akhir pekan di pusat-pusat Islam. Dalam hal
ini berbagai jurnal dan organisasi juga menyediakan banyak sekali bahan-bahan
dan bantuan. Pengajaran yang diberikan beragam mulai dari Al-Qur’an, sunnah,
dan sejarah Islam hingga masalah-masalah mengenai pakaian dan perilaku yang
pantas bagi orang Muslim dalam berbagai keadaan. Karena menyadari anak-anak
mungkin tak mau menghadiri pengajaran sepulang sekolah atau pengajaran akhir
pekan di masjid karna alasan-alasan tertentu, para orang dewasa mengupayakan
berbagai strategi untuk membuat kegiatan pengajaran semacam itu lebih
menyenangkan.
Sebagian
pusat-pusat Islam yang besar, misalnya, menewarkan fasilitas olahraga seperti
lapangan bola basket dan volley untuk mengimbangi pengajaran di ruang kelas.
Pembelajaran bahasa Arab terutama sangat di anjurkan bagi mereka yang bukan
berarasal dari keluarga yang menggunakan bahasa Arab, dan masjid-masjid
mengadakan lomba pembacaan dan pengetahuan Al-Qur’an bagi anak-anak dan orang
dewasa. Sejumlah upaya yang terorganisir dengan baik mendukung pendidikan Islam
bagi kaum Muslim Aamerika.
Rencana
pembanggunan Islamic Institute of Religious dan Social Sciences ataub Institut
Agama dan Ilmu social Islam di Georgia (GIIRSS), misalnya, memasukan rencana
pendirian masjid, fasilitas pendidikan, dan hiburan, dan kemungkinan asrama di
dalamnya. GIIRSS tampil sebagai lembaga yang yang non politis, non sectarian,
dan nirbala, dan semata-mata dimaksudkan sebagai cara penyediaan pengajaran
agamadan pendidikan bagi anak dan remaja Muslim Amerika.
Diharapkan
Institut ini dapat menarik perhatain orang muda dari seluruh negri sehinga
dapat menjadi sebuah jabatan spiritual dan intelektual antara anak dan remaja
dengan orang tua mereka.
Salah
satu tema mendapat perhatian tertentu di kalangan masyarakat Muslim Amerika
menjelang berakhirnya abat ke-20 adalah mengenai pentingnya mendidik
orang-orang Muslim dalam etika Islam dan melengkapi mereka guna menjalankan
hidup yang bertanggung jawab dan bermoral. Sebagai sebuah wujud keprihatinan
akan keruntuhan moral dalam masyarakat Amerika, penekanan atas sebuah moralitas
yang khas Islam ini memberikan alternative penting bagi kaum Muslim Amerikadam
juga menunjukan kepada warga Amerika lainya bahwa menjalankan kehidupan yang
bermoral dan beretika merupakan hal yang teramat penting bagi Umat Muslim.
Islamic Societyof North America (ISNA) atau Masyarakat Islam Ameriak Utara
baru-baru ini menerbitkan Encyclopedia on
Moral Excellence yang terdiri atas 12 volume yang tersedia dalam bentuk
CD-ROM dan dan terjemahan ke dalam beberapa bahasa.
Tama pertemuan tahunan Muslim Student
Association baru-baru ini adalah “Pursuing
Moral Excellence in the Quest for Change” (Mengupayakan Keluhuran Moral
dalam Mengejar Perubahan). Berbagai artikel dan buku yang baru diterbitkan kini
menekankan pengabungan antara tanggung jawab moral dengan pendidikn akademis.
“Dari persepektif Islam”’ tulis seorang pendidik, “tujuan pendidik secara umum
adalah membesarkan orang-orang Muslim yang baik. Kebaikan ini mengisi dari
seorang anak Muslim dengan serangkaian nilai-nilai fundamental yang pada
giliranya membuatnya memenuhi kewajiban-kewajibanya dan juga norma-norma
perilaku yang benar dalam masyarakat secara alamiah”.[5]
Komunitas
Islam semakin memberikan perhatian terhadap pendidikan Islam di tingkat kolase
dan universitas, meskipun hingga saat ini hanya sedikit sekali lembaga yang
khusus Muslim. American Islamic College yang di dirikan di Chicago pada tahun
1983 adalah salah satunya dan merupakan lembaga jenis pertama dari jenisnya.
AIC memberikan gelar bachelor of arts
yang disetujui oleh Illinois Board of Higher Education dan menawarkan berbagai bidang di njrusan
ilmu pengetahuan social da ilmu alam, ilmu computer, ekonomi, sejarah, dan
bidang-bidang kajian lainnya, selain juga sejumlah mata kuliah di bidang kajian
Bahasa Arab dan kajian Islam.
Pada
tahun 1996 sekolah program S-2 (graduate study) Muslim pertama di Amerika
didirikan dengan nama School of Islamic and Social Sciences di Leesburg,
Virginia. SISS menyedikan kesempatan untuk belajar dengan para staf pengajar
dalam tradisi Islam.
Tujuannya yakni
untuk mendidik para pemimpin yang mengabdi pada penetapan budaya dan perdaban
Muslim di Amerika Utara. Saat ini, SISS menawarkan dua jurusan program master
of arts mengenai kajian Islam dam master untuk pendidikan imam shalat. Sekolah
ini telah menerima ijin dari Virginia for Higher Education (Dewan Pendidikan
Tnggi Virginia) untuk menawarkan berbegai mata kuliah untuk program masternya,
namun di Amerika Serikat tidak terdapat organisai yang memberikan ijin resmi
bagi pendidikan program ima tersebut. Ada pula Imam Ali Seminarydi Median, New
York, sebuah sekolah kaum Syi’ah yang khusus memberikan pelatihan bagi para
guru untuk membantu dalam pengembagan pribadi dan masyarakat Muslim yang hidup
di Amerika. Para mahasiswa Muslim yang belajar di berbagai college dan universitas lain di Amarika Serikat semakin lantang
bersuara dalam upaya untuk memperoleh pengakuan atas diri dan komunitas mereka.
Upaya-upaya ini, yang di dukung oleh kelompok-kelompok nasional seperti Muslim
Student Association (MSA), makin menampak hasil. Unuversitas Syracuse telah
mengakui ‘eid al-fitr di akhir bulan
Ramadhan senbagi hari libur resmi sekolah, dan seluruh unuversita tutup pada
hari itu. Di Universitas Syracuse dan Harvard, daging halal (memenuhi syarat
Islam) tersedi bagi mahasiswa berdasarkan permintaan. Di Mount Holyoke College,
para mahasiswa Muslim dan Yahudi dapat menemukan hari dalam seminggu untuk
bergbagi makan bersama yang dimasak di dapur halal secara Islam dan kosher ( memenuhi syarat agama Yahudi).
Sementara
itu, penerbit berkala dan surat kabar Islam mengankat berbagai prestasi
orang-orang muda Muslim di kolose dan universitas, dan banyak yang
memiliki rubrik khusus yang dipentukan
bagi pendidik, memberikan kiat-kiat bagi calon mahasiswa mengenai apa saja
mulai dari mengisi aplikasi bantuan keungan hingga cara memilih teman sekamar
yang tepat. Para mahasiswa Muslim menulis artikel surat kabar kampus dan jurnal
Muslim nasional memperingatkan mengenai kesulitan-kesulitan dalam menjalankan
hidup secara Islam di kolose dan menekankan pentingnya berteman dengan sesame
kaum muda Muslim lainya. “ Saya ingin mengatakan bahwa menjaga iman anda dan
memperkuat deen (agama) anda sewaktu bersekolah di kolase terketak pada
persaudaraan dengan sesama kaum Muslim dan Muslimah. Orang-orang Muslim di
kampus tidak memiliki ketakwaan untuk
hidup sebagai individu dalam masyarakat mereka yang kafir (tidak
beriman)”, tulis sseirang mahasiswa di Universitas Rutgers. “Kekuatan tarletak
pada jumlah kita karna sulit bagi shaitan
(setan) untuk melakukan tipu dayanya terhadap orang-orang yang berkelompok
disbandingkan dengan terhadap orang yang sendirian”.[6]
Kesimpulan
Sebagian orang
tua memilih melelnkapi pendidikan sekolah negri anak-anak mereka dengan
pendidikan khusus setelah pulang sekolah dan pada akhir pecan di rumah dimana
ada pelajarn Al-Qur’an dan Hadist serta simbol-simbol kebudayaan Islam.
Dorongan semacam ini memperkuat keteguhan hati orang Muslim dari segala segala
usia untuk belajar dan mendapat pendidikan, mulai dari anak-anak hingga para
imigran yang sudah tua, yang mungkin hanya perlu meningkatkan kemampuan
berbahasa Inggris mereka. Pembahasan di kalangan Muslim di Amerika Serikat
dewasa ini berfokus pada pendidikan yang lebih baik bagi kaum remaja dalam bidang
sejarah, teknologi, ilmu pengetahuan, dan banyak bidang lainnya yang membantu
mereka memperoleh keberhasilanpribadi dan professional.belajar mengenai
unsur-unsur aagama dan hokum Islam yang
relevan dengan kehidupan dalam masyarakat Amerika ini menjadi prioritas utama
semua kelompok usia. Selain itu mereka amat dianjurkan mempelajari bahasa Arab
sebisa mungkin.
Saran
Para orang tua
seharusnya memberi pendidikan Islam yang tepat di rumah dan di masjid atau
pusat Islam yang cukup “mepersenjatai”anak-anak mereka dalam membuat keputusan
yang bijak. Dan papun bentuk pendidikan yang dipilih. Para pendidik menyuruh
para orang tua Muslim menyediakan sumber daya-sumber daya dan lingkungan di
rumah yang akan membantu anak belajar tak secara lebih efektif namun juga
“secara lebih Islam”.
Daftar Pustaka
Jane I. Smith
Islam DI Amerika/ Jane I. Smith;
Neng Dara (ed); penerjemah: Siti Zuraidah; kata pengantar: Dr Alwi Shihab – Ed.
1 – Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2004. hlm. 191-203.
[1] Jameilah Al-Hashimi, “The Public School
System Veersus Islamic School”, Islamic
Horizon (Juni/Juli 1997): hlm. 55.
[2] Cynthia R. Sulaiman, “The ‘S’ Word,
Academics dan College: Questions Muslim Home Schooling Families Are Asked”, Islamic Horizon (Juni/Juli 1997): hml.
47.
[3] Sabah E. Karam, “ Muslim Parents’ Recipe
for Children’s Success in School”,
Islamic Harizon (Juni/Juli 1997): hlm. 46.
[4] Mahdi Bray, “School Prayer: The Need for
Muslim Protective Involvement”, Islamic
Horizon (Januari/Februari 1995): hlm. 18.
[5] Alia Amer dan Abdul Hadi Harman Shah,
“Guiding Principles for Islamic Social Behavior”, Al Jumuah (4&5 1418 H): hlm.23.
0 komentar:
Posting Komentar